banner 200x200

Home / Featured / Gaya Hidup / Karimun / Pendidikan

Kamis, 1 Maret 2018 - 21:22 WIB

Saatnya Yang Muda Melakukan Perubahan

Politik Belakangan ini para anggota dewan sibuk melakukan jaring asmara guna menjaring aspirasi masyarakat yang dulu memilih dia untuk duduk sebagai wakil rakyat. Namun yang patut kita perhatikan ialah apakah jaring asmara yang dilakukan oleh oknum anggota dewan tersebut murni dilakukan untuk menyerap aspirasi masyarakat atau justru memiliki tendensi politik yang lain?

Saya sepakat dengan asumsi yang kedua, bahwa jaring asmara memiliki tendensi politik yang lain. Jaring asmara acapkali digunakan untuk “berkampanye” oleh si oknum anggota dewan, yang akan maju lagi sebagai caleg untuk pemilu 2019. Benar memang apa yang dikatakan Lenin bahwa parlemen bourjuasi itu tak lebih sekedar warung obrolan (talking shop).

Dan seolah sudah menjadi tradisi dinegeri kita bahwa partai itu akan aktif sekali dalam 5 tahun, yaitu ketika menjelang pemilu saja. Pasca pemilu tentu aktivitas partai menjadi vakum, dan itu fakta karena memang belum ada (bukan tidak mungkin akan ada) partai yang memiliki konsepsi seperti partai gerakan, yang didalamnya terisi oleh aktivis-aktivis yang sehari-hari selalu dekat dengan rakyat dengan melakukan kegiatan-kegiatan semacam advokasi.

Mayoritas pengurus partai, atau bahkan caleg-caleg yang akan bertarung di pemilu 2019 memiliki berbagai latar belakang yang terkadang tidak paham dengan politik dan perjuangan untuk membela rakyat. Justru terkadang mereka sibuk dengan proyeknya sendiri-sendiri.

Dan seolah juga sudah menjadi tradisi kita, bahwa para wakil rakyat melakukan turba (turun kebawah) juga memiliki kepentingan. Jaring asmara dimanfaatkan untuk meraih simpati para calon konstituen. Padahal kegiatan jaring asmara adalah kegiatan rutin tahunan yang menggunakan APBD, yang tentu berasal dari uang rakyat.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita, pasca pemilu 2014 apakah para anggota dewan intens melakukan komunikasi dengan konstituennya di daerah-daerah? Justru terkadang mereka sibuk kunjungan keluar kota atau keluar negeri. Namun memasuki saat-saat genting menjelang pemilu 2019, para wakil rakyat menunjukkan seolah-olah bahwa mereka mempedulikan nasib rakyat.

Inilah yang aneh, mempedulikan nasib rakyat kok 5 tahunan? Pesta demokrasi 5 tahunan semakin dekat. Para kontestan saling berpacu agar dapat memenangkan pertarungan nantinya. Pernah saya bercanda dengan seorang kawan, dia mengibaratkan pemilu itu layaknya arena smackdown. Segala macam gaya bisa dilakukan, mulai dari gaya tinju, gaya kickboxing, gaya gulat atau bahkan gaya pemukul kursi. Semua bebas dilakukan, asalkan musuh bisa kalah dan tak berkutik.

Termasuk juga yang dilakukan oleh para oknum anggota dewan yang memanfaatkan jaring asmara untuk kepentingan politiknya di pemilu 2019. Padahal jaring asmara tersebut menggunakan uang rakyat. Memang susah untuk merubah semua ini. Masyarakat pun sudah jenuh dengan kelakukan-kelakuan anggota dewan yang tidak konsisten memperjuangkan konstituennya.

Parlemen menang harus diubah, menjadi parlemen yang benar-benar mengabdi pada rakyat, bukan parlemen 5 tahunan. Namun secercah titik terang ada dipundak para pemuda-pemuda yang akan maju di pemilu 2019. mereka masih idealis, dan semoga idealisme mereka dapat mereka tularkan ketika mereka duduk di jursi dewan nanti. Semoga.***

 

 

 

Tajuk Opini

Share :

Baca Juga

Featured

Waspada, Iming-iming Gaji Tinggi Bekerja di Luar Negeri Jadi Salah Satu Modus TPPO

Berita

Rapat Koordinasi Bersama Presiden di Rumah Dinas Bupati Karimun

Featured

186 Calon Jamaah Haji Diberangkatkan Secara Resmi Oleh Bupati Karimun

Featured

Dovizioso-Lorenzo Akan Menjadi Duet Dahsyat di Lintasan MotoGP Valencia

Ekonomi

KSS Kerjakan Proyek Baru Dari Amerika Senilai Rp 3.9 Triliun

Karimun

Bupati Karimun Shalat Idul Adha di Masjid Hijir Ismail Tanjungbatu

Featured

Kado Tahun Baru,DJBC Kepri amankan Empat kapal Selundupan

Featured

Polri Peduli Disabilitas dalam Jumat Berkah Berbagi.