“Setelah mendapat laporan dari keluarga korban, saat itu juga kami mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara dan mencatat saksi-saksi. Selanjutnya jasad korban dibawa ke RSUD Selatpanjang untuk dilakukan visum,”
Liputankepri.com,Meranti – Salah satu warga Tionghoa yang tinggal di Jalan Jambu, Kelurahan Selatpanjang Selatan, tewas tergantung di teras belakang rumah dengan tali nilon, Kamis (6/10) siang. Dia adalah Ating Alias Martono (44). Pria ini mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena diduga mengalami stres.
Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Barliansyah SIK melalui Kapolsek Tebingtinggi, AKP Ade Rukmayadi SH mengatakan, peristiwa itu diketahui sekitar pukul 12.05 WIB. Waktu itu anaknya bernama Endrik alias Yang Cing (16), baru saja pulang sekolah. Tiba di rumah, ia pun memanggil-manggil sang ayah dan mencarinya. Karena tidak melihatnya, kemudian ia berkeliling rumah. Saat itulah ia melihat sang ayah telah tergantung di teras belakang rumah.
Kenyataan itu spontan membuat Endrik terkejut. Sambil berlari ke dalam rumah ia pun mengambil gunting dan langsung memutus tali yang melilit di leher sang ayah.
Kabar kematian Martono seketika menyebar. Saat itu juga Endrik memberitahu kakaknya Devina sambil meminta bantuan tetangga dan kepolisian.
“Setelah mendapat laporan dari keluarga korban, saat itu juga kami mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara dan mencatat saksi-saksi. Selanjutnya jasad korban dibawa ke RSUD Selatpanjang untuk dilakukan visum,” sebut Kapolsek sambil menambahkan kematian Ating diduga stres.
Hal senada juga disampaikan Endrik, anak korban yang pertama kali mengetahui kejadian itu. Menurutnya, sebelum memotong tali tersebut ia bahkan sempat menelepon sang kakak dan memberitahukan kejadian tersebut. Tapi sang kakak belum juga datang.
“Saya mengambil gunting, kemudian saya naik ke atas tumpukan batu, kemudian saya langsung memotong tali tersebut, sehinga ayah saya terjatuh ke bawah. Setelah itu barulah kakak saya tiba di rumah,” cerita Endrik didampingi keluarganya yang lain saat ditemui di rumah sakit.
Edrik juga mengaku bahwa ibunya Lita belum mengetahui kejadian tersebut, karena masih di rawat di rumah sakit di Batam atas penyakit yang sudah enam bulan dideritanya. “Kami tingal di rumah sewa. Dan korban baru akan dikebumikan tiga hari yang akan datang. Karena kami harus menunggu kepulangan ibu dari Batam,” katanya. (amy)