Liputankepri.com,OPINI: Awal tahun baru 2017 diwarnai penangkapan puluhan PSK asal Republik Rakyat Cina (RRC) atau biasa dipanggil cungkok. PSK bertarif Rp3-5 juta sekali kencan itu terjaring karena menyalahgunakan visa kunjungan: bukannya pelesiran sebagai turis yang membagi yuan, malah mangkal mengumpulkan rupiah.
Bagi politisi, 76 PSK yang terjaring Ditjen Imigrasi Kemkumham dari sejumlah tempat hiburan malam di Jakarta tersebut dijadikan bahan bakar untuk menyerang pemerintahan Jokowi. Menurut kelompok ini, kasus tersebut terjadi sebagai dampak negatif dari dari pemberlakukan regulasi bebas visa dengan tujuan menghasilkan pemasukan disektor ekonomi.
Di tangan para pengobar kebencian berdasarkan SARA, kasus ini menjadi tambahan bara untuk memanaskan situasi, meskipun PSK asing dari Amerika Latin, Asia Selatan dan Afrika Barat juga tak kalah menjamur.
Di luar golongan di atas, ada sebagian orang yang justru terpaku pada betis sebagian cungkok tersebut. Mereka mangacu pada beberapa foto yang diperoleh wartawan saat puluhan wanita tersebut dikumpulkan dalam satu ruang. Maklum, sebagai penghibur, betis biasanya terekspose karena rok pendek adalah pilihan favorit untuk menjaring mata-mata liar pria tuna susila.
“Betisnya kayak punya Andik Vermansyah!” seloroh seorang pria dengan nada miring.
Tak persis sekekar betis pemain bola tersebut, tapi pernyataan pria tadi juga tidak sepenuhnya salah.
Dalam benak masyarakat saat ini, ikon betis indah dan cantik adalah yang jenjang dan langsing, seperti milik para peragawati. Ikon seperti ini tidak bisa dipungkiri sebagai keberhasilan dunia mode dan penjual produk kecantikan dalam mengendalikan cara pandang orang.
Pasalnya, dalam pandangan budaya masyarakat Asia Timur, kriteria fisik calon istri yang menyenangkan adalah justru yang kakinya tampak kuat. Kaki kokoh tentu dapat dilihat dari kekarnya paha dan betis.
Fenomena ini direkam secara apik dalam film berjudul Mongol: The Rise of Genghis Khan. Film yang disutradari oleh Sergei Bodrov ini berkisah tentang Temujin yang kemudian bergelar Jenghis Khan (1206–1227), dari masa kecil hingga menguasai seluruh Mongolia dan sebagian Cina.
Dalam salah satu adegan di bagian awal film, Temujin yang masih kanak-kanak harus memilih calon istri dari suku yang berbeda. Sejumlah anak perempuan dibariskan dalam posisi sejajar untuk nantinya dipilih salah satu dari mereka.
Bapak Temujin berbisik kepada anaknya memberikan nasehat tentang ciri-ciri fisik perempuan yang nantinya bakal menjadi istri terbaik. Salah satu nasehatnya adalah, “[…] dan yang paling penting: jangan lupa untuk melihat kakinya. Perempuan harus memiliki kaki yang kuat untuk membuat pria bahagia,” (menit 7:15-7:26)
Kaki yang kuat edentik dengan performa di ranjang, selain melulu kinerja dalam rumah tangga—yang banyak menjadi tuntutan kepada terutama perempuan zaman dulu. Ciri kaki yang kuat tentu betis yang kekar, bak milik pemain bola atau tukang becak dalam bentuk ekstremnya.
Jadi, terkait cungkok berbetis besar, dengan pandangan tradisional, bisa jadi mereka justru bangga karena tidak perlu lagi berkata-kata bahwa mereka perkasa di tempat yang para pria lacur itu inginkan.
Sumber rimanews/liputankepri