Liputankepri.com – Ekonomi Indonesia diperkirakan masih memiliki berbagai tantangan pada 2017. Selain pengaruh ekonomi global, di dalam negeri juga ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini mengungkapkan beberapa pengaruh domestik tersebut memperkirakan berdampak pada daya beli masyarakat yang akan menurun.
“Pendapatan masyarakat tahun depan akan sedikit tertekan oleh inflasi yang berpotensi lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini yang berada pada kisaran 3 persen,” papar Hendry di Hotel JS Luwansa, Rabu (23/11/2016).
Hendri menjelaskan, sumber inflasi terutama berasal dari kenaikan harga listrik untuk daya 900 VA dan sebagian 450 VA.
Berdasarkan keputusan pemerintah dan DPR pelanggan rumah tangga untuk 900 VA yang selama ini menerima subsidi akan dikurangi dari 22,9 juta rumah tangga menjadi 4,05 juta rumah tangga. Selain itu rumah tangga 450 VA akan dikurangi dari 23 juta rumah tangga menjadi hanya 19,1 juta rumah tangga.
Selain itu, ia menuturkan, pemerintah juga akan membatasi penjualan elpiji 3 kg dengan menggunakan sistem tertutup. Kondisi itu hanya disalurkan kepada penduduk yang dianggap miskin.
Ia mengatakan, dorongan konsumsi dari sisi moneter 2017 diperkirakan belum banyak berubah dibandingkan pada 2016. Ini sejalan dengan kemungkinan penerapan moneter yang cenderung ketat oleh Bank Indonesia.
“Dengan demikian, potensi penurunan suku bunga perbankan khususnya kredit konsumsi diperkirakan akan lebih lambat,” kata Hendri.
Bank Indonesia pun akan meredam potensi kenaikan inflasi dan ketidakpastian di sektor keuangan dengan mempertahankan atau menaikkan 7 day reverse repo rate dari posisi sekarang di 4,75 persen.
“Kecuali jika Bank Indonesia kembali melakukan relaksasi kebijakan makro prudensial berupa pelonggaran LTV bagi kredit pemilikan rumah (KPR) dan kendaraan maka konsumsi akan sedikit meningkat,” tutur Hendri. (Yas)