Liputankepri.com,Jakarta — Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 diperkirakan bakal berada di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ini memang lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, yaitu India yang berada di level 7,6 persen.
Cheif Equity Strategist Deutsche Bank Heriyanto Irawan mengaku, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah, tetapi ekonomi Indonesia lebih berkualitas jika dibandingkan India.
Menurut Heriyanto, Indonesia memiliki Current Account Deficit (CAD) yang semakin membaik. Begitu juga defisit fiskal yang diperkirakan semakin membaik seiring adanya reformasi perpajakan.
“Kalau India, ternyata punya masalah CAD, defisit fiskal, dan defisit perdagangan. Triple defisit. Ditambah perbankannya rapuh,” kata Heriyanto saat berbincang dengan wartawan seperti ditulis, Sabtu (7/1/2017).
Pertumbuhan ekonomi India cukup tinggi karena pergerakan ekonominya ditopang dari sektor jasa. Dengan demikian, India tidak merasakan dampak melemahnya harga komoditas yang terjadi saat ini.
Indonesia memang masih mengandalkan sektor komoditas, namun upaya pemerintah untuk terus mereformasi sektor ini dengan meningkatkan peran hilirisasi menjadi nilai tambah tersendiri.
Di sisi lain, sektor perbankan Indonesia saat ini juga terjamin, dalam hal ini likuiditas sangat mencukupi untuk menghadapi berbagai sentimen dari luar negeri. “Bahkan bisa di bilang makro ekonomi Indonesia, fundamentalnya itu paling kuat sejak terjadinya krisis ekonomi,” tegas Heri.
Tantangan ekonomi Indonesia di 2017 adalah pengendalian inflasi. Jika inflasi ini tetap terjaga, ditambah dengan kebijakan deregulasi terus dilakukan, akan meningkatkan daya tarik investor terhadap Indonesia. (Yas/Gdn)