Liputankepri.com,Karimun –Praktik prostitusi atau bisnis esek-esek boleh jadi ada di semua daerah, tak terkecuali di Karimun Kepulauan Riau,di kota Bumi Berazam ini geliat pelacuran berselubung salon, panti pijat atau spa bertebaran di sejumlah tempat.
Salon, spa dan panti pijat yang ditengarai sebagai kedok prostitusi tersebar di sejumlah kawasan Jalan Pramuka serta dikawasan bilangan Tanjungbalai Kota, Razia-razia yang digelar Satpol PP walaupun itu hanya seremonial saja hal ini menunjukkan kuatnya dugaan mengenai adanya praktik prostitusi.
Sebagian lokasi salon, panti pijat, atau spa ‘menyalah’ ini biasanya dirazia menjelang Ramadan.namun hanya di lakukan himbauan agar selama bulan Ramadan tempat-tempat pelacuran terselubung berkedokkan panti pijat ini tutup selama satu bulan penuh tanpa adannya tindakan nyata dari pemangku kebijakan dari Pemerintahan Kabupaten Karimun,
Memang tak semua salon, panti pijat atau spa yang berindikasi sebagai lokasi prostitusi. “Tentu tidak semua. Biasanya kita langsung tahu dari mulut ke mulut bahwa di salon atau spa mana saja yang ada layanan plus-plusnya. Kalau sudah masuk ke dalam, suasananya juga berbeda,” jelas Andi (36) bukan nama sebenarnya, yang mengaku sering mengunjungi salon, panti pijat dan spa plus-plus, Sabtu (7/1).
Dia memaparkan, sebagian salon, panti pijat dan spa nyata-nyata menawarkan layanan plus-plus. “Mereka benar-benar menawarkan perempuan untuk begituan. Kita tinggal registrasi dan pilih perempuan sesuai yang kita suka untuk melayani,” ucap Andi.
Tapi ada pula salon, panti pijat atau spa yang membungkus layanan plus-plus itu dengan paket yang sama sekali tidak menunjukkan adanya praktik prostitusi. Tapi, tetap saja transaksi seks dapat berlangsung mengiringi paket-paket itu.
Menurut dia, praktik pelacuran ini tidak berbeda dengan di tempat lain. Hanya, kemasannya dibuat legal. Mereka menawarkan satu paket servis sampai full service.
“Biasanya paket mereka yang full service itu hanya sampai pemijatan alat vital, kita dionani. Biar mereka aman, untuk begituan, tidak ada yang namanya menjual perempuan. Kita dibiarkan negosiasi dengan perempuan yang namanya terapis itu. Sebenarnya ya prostitusi, cuma kalau di salon dan spa plus-plus itu istilah untuk orang yang melayani disebut terapis, padahal praktiknya ya PSK,” jelas Andi.
Harga yang harus dibayar pengguna jasa bergantung pada salon, panti pijat atau spa. Semakin besar nama dan mewah fasilitasnya, maka harganya pun semakin mahal.
Biaya ini, biasanya sudah ditetapkan salon, panti pijat, dan spa. Untuk dilayani sesuai paket yang disediakan, pengunjung umumnya harus membayar Rp 70.000-Rp 1.200.000. “Jika ingin plus, kita tinggal nego dengan terapisnya. Kalau dia mau ya berarti PSK,” pungkas Andi.