Mentawai, Pulau Eksotis Dengan Budaya Menarik

- Jurnalis

Minggu, 23 Juli 2017 - 12:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Liputankepri.com,Padang – Mungkin anda pernah mendengar kisah penduduk pulau yang hanya mengenakan cawat dengan tato di sekujur tubuhnya. Hidup bersama alam di tengah pulau yang dikelilingi samudra luas. Penduduk pulau ini adalah salah satu suku terasing di Indonesia. Seperti nama kepulaun tempat mereka bermukim , suku ini bernama suku Mentawai.

Suku Mentawai sendiri hidup dibeberapa pulau. Ada empat pulau besar yang menjadi tempat tinggal suku ini. Pulau Siberut (4.092 Km2), pulau Sipora (916 Km2), Pulai pagai utara dan Pagai selatan (1.733 Km2) adalah pulau yang menjadi gugusan kepulauan Mentawai. Siberut menjadi pulau terbesar dari empat pulau yang masuk dalam pemerintah daerah sumatra barat. Diantara 4 pulau besar masih ada 125 pulau lainnya , sebagian besar pulau kecil yang tak berpenghuni.

Untuk mencapai kepulauan Mentawai bukan perkara mudah. Selain biaya penyeberangannya yang mahal juga ancaman bahaya gelombang laut yang bisa berubah setiap saat. Maklum saja kepulauan Mentawai berada di tengah Samudra Hindia . Jarak pulau Siberut dengan pulau Sumatra kurang lebih 120 mil atau sekitar 100 Km.

Walau begitu , kepulauan Mentawai menjadi destinasi yang menarik bagi banyak wisatawan asing. Keunikan budaya menjadi salah satu alasan wisatawan berkunjung . Kuatnya kepercayaan mistis yang masih dianut suku Mentawai membuat hampir seluruh budaya dan pola kehidupan suku ini masih menggunakan kepercayaan roh .

Dalam pandangan suku mentawai setiap benda mati maupun benda hidup memiliki roh. Hutan, laut, rawa, air terjun, angin , badai, hujan , tumbuhan, hewan mempunyai jiwa . Suku Mentawai juga percaya ada makhluk halus penunggu. suku mentawai menyebut makhluk penunggu itu Lakokaina .Sifat mistis suku mentawai memang sangat dominan. Hampir di semua suku terasing di Indonesia memiliki kepercayaan yang hampir sama , baik suku anak dalam di jambi, suku Baduy di Lebak banten, suku sasak di nusa tenggara , suku Dayak di kalimantan, suku Toraja di Sulawesi hingga suku suku di wilayah papua.

Di pulau Siberut , di kecamatan Siberut selatan desa Matotonan menjadi wilayah yang masih memegang erat budaya suku Mentawai. Asal tahu saja perkembangan zaman juga turut mempengruhi sikap primitif suku Mentawai. Masuknya orang asing, interaksi sosial , kebutuhan ekonomi dan sentuhan pendidikan modern sedikit banyak memberikan pengaruh pada suku terasing ini. Saat ini sebagian anak anak suku mentawai mulai bersekolah. Ditengah perubahan ini sebagian besar suku Mentawai masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang mereka.

Asal Muasal Suku Mentawai

Bila melihat dari warna kulit yang terang dan bentuk wajah diperkirakan suku mentawai termasuk suku ras yang mendiami pulau pulau Polynesia . Dan teori yang paling memungkinkan suku Mentawai berasal dari pulau Nias (Kruyt ,1921).

Diperkirakan karena peperangan antara ras Aria dan ras melayu membuat sebagian melarikan diri dari pulau Nias ke Siberut melalui kepulauan batu. Teori ini memang belum tentu benar. Namun yang pasti suku Mentawai memang berbeda dengan suku minang. Baik bahasa yang digunakan dan budaya yang berkembang. Suku Mentawai hidup secara berkoloni , 5 hingga 8 keluarga dalam satu uma (rumah) . Panjang sebuah uma bisa mencapai 20 sampai 30 meter , mirip dengan ukuran rumah suku dayak . Uma terbuat dari kayu bakau beratapkan rumbia. Dindingnya terbuat dari kulit kayu. Selain Uma yang dihuni secara berkoloni ada pula lalep ( rumah satu keluarga) dan rusuk (rumah calon pengantin).

Walau ada sebuah legenda yang menyebutkan ada dua rombongan penduduk sumbar yang berwisata ke kepulauan mentawai dan terjebak di pulau itu. Satu rombongan bisa kembali ke pulau sumatra sedang satu rombongan tak ingin kembali. Nah, rombongan yang tak ingin kembali inilah yang berkembang menjadi suku mentawai saat ini.

Budaya Berburu

Suku Mentawai adalah suku yang sangat bergantung dengan alam. Walau sudah bercocok tanam suku Mentawai hanya bertanam pisang, keladi dan kelapa. Jangan bayangkan sistem pengairan irigasi, pupuk, kultur jaringan. Untuk mengolah lahan pertanian semuanya masih dilakukan dengan cara tradisionil dan sederhana.

Suku Mentawai memenuhi keperluan hidupnya dari berburu. Baik didalam hutan, sungai hingga rawa rawa . Luas pulau siberut kurang lebih 4.092 km persegi masih didominasi hutan dengan flora dan fauna endemik yang hanya hidup di kepulauan mentawai. Yang paling menarik perhatian dunia adalah berkembangnya sejumlah hewan primata unik yang hanya ada di kepulauan mentawai. Ada empat jenis primata di alam kepulauan mentawai, bilou (Hylobates klossii), bokkoi/beruk pagai (Macaca pagensis), masepsep/kera ekor babi (Simias concolor) dan Joja/lutung mentawai (Presbytis potenziani) . Suku mentawai secara umum menyebut empat primata endemik ini sikabuat.

Sayangnya, hewan primata ini dijadikan makanan istimewa oleh suku Mentawai. Dalam pesta upacara adat, sikabuat akan diburu secara beramai ramai lalu disantap bersama sebagai sajian penutup . Kenikmatan daging sikabuat bahkan disebut sebut mangalahkan semua jenis makanan protein hewani lainnya. Maka, ketika ditawarkan daging ayam sebagai ganti mengonsumsi sikabuat suku mentawai menolak. Setiap tahun jumlah primata yang dilindungi Undang undang ini semakin menurun. Padahal tak ada tempat dimanapun dibelahan dunia yang memiliki jenis primata ini.

Berburu adalah pekerjaan utama para laki laki suku mentawai. Dengan mengenakan selembar kabit (cawat terbuat dari kayu) yang menutupi bagian bawah . sambil membawa panah sebagai senjata berburu . Anak panah yang telah dilumuri ommai (sejenis ramuan racun mematikan) sangat efektif melumpuhkan hewan buruan. Seiring berjalannya waktu saat ini sudah banyak laki laki suku mentawai menenteng senapan angin yang pelurunya juga sudah diberi racun mematikan sebagai pengganti busur panah.

Ommai sendiri dibuat dari bahan dasar sederhana antara lain kulit batang ommai (Antiaris toxicaria), air tuba (Derris elliptica) dan cabe rawit. Ketiga bahan ini dicampur dengan takaran yang pas lalu dibuatkan ekstraknya yang berwarna hijau kehitaman.

Budaya berburu suku mentawai dulunya sangat memperhatikan hukum adat yaitu meminta izin roh penguasa hutan ( Taikaleleu). Hukum meminta izin ini salah satu kearifan lokal yang menjaga keseimbangan alam. Secara alami suku mentawai hanya berburu hewan dalam jumlah yang diperlukan saja. Babi dan sikabuat adalah hewan yang paling sering diburu. Namun sayang permintaan akan hewan buruan yang dipesan semakin tinggi maka semakin masif saja perburuan di kawasan hutan.

Peran Kerei Yang Sentralistik Dalam Adat Budaya Suku Mentawai

Dalam kehidupan primitif yang bersifat mistis. Kemunculan ‘orang pintar’ yang memiliki kekuatan supranatural menjadi sangat penting. Suku mentawai menyebutnya kerei. Dengan pernik pakaian yang khas dan peralatan upacara berupa manik manik dengan lonceng logam (genta) ditangannya yang selalu dibunyikan .Membuat penampilannya cukup membuat hati ciut.
Kerei sendiri di kalangan suku mentawai menempati kasta yang lebih tinggi . kedudukannya sangat dihormati sekaligus disegani. Selain memimpin ritual adat, kerei juga melakukan praktek pengobatan layaknya seorang dokter. Selain itu kerei juga kerap diminta pendapat dan pertimbangan bagi masyarakat mentawai. Perintah atau statement seorang kerei menjadi pedoman bagi suku mentawai. Bila seorang kerei berkata A maka seluruh kaum dibawahnya akan mengikuti A. Tentu hal ini sangat menguntungkan ketika Pilkada berlangsung. Kerei akan selalu didekati tim sukses.

Dalam praktek pengobatan , kerei selalu melakukan secara bersama sama biasanya dua hingga tiga kerei sekaligus. Setiap upacara dimulai dengan sebuah tarian pemanggil roh biasa disebut maturuk. Tarian ini dipimpin seorang kerei lalu diikuti seluruh anggota keluarga yang lain. Tarian maturuk dilakukan hingga pagi hari dengan suasana yang semakin panas. Setelah itu biasanya akan diadakan makan bersama dengan memotong babi.

Tempat menari yang biasa disebut puturukat berada ditengah uma (rumah) . Lantainya sudah didesain khusus sehingga ketika menari diatasnya akan terdengar hentakan kaki yang berirama. Diringi suara gajeuma (gendang) membuat suara ritual pengobatan itu terdengar diseantero kampung.

Dalam kepercayaan asli suku mentawai , arat sabulungan. Ritual adat (punen) berjumlah sangat banyak hingga ratusan jenisnya. Mulai dari hari raya, kelahiran, kematian, sakit, pemberkatan sampan, mendapatkan hewan buruan, atau kegiatan lainnya. sangat menyita waktu. Untuk pengobatan suatu penyakit , kerei akan melakukan punen selama seminggu. Dengan tahapan sebagai berikut:

• Pertama, melakukan tarian pemanggilan roh (maturuk) . tarian yang menghabiskan waktu semalam suntuk ini dimaksudkan mengusir roh jahat sekaligus meminta bantuan roh penolong agar si sakit bisa disembuhkan. Tarian ini bisa memakan waktu hingga seminggu .

• Kedua, memberikan sesajen berupa sejumlah babi atau ayam yang dipotong untuk mengetahui penyakit yang diderita sisakit. Babi atau ayam yang dipotong dibelah bagian perutnya, dari sanalah diketahui penyakit apa yang diderita si sakit.

• Ketiga, pemberian obat obatan berupa ramuan atau daun daunan yang telah dipilih kerei. Pada saat pengumpulan ramuan. Kerei melakukan pawai keliling kampung .

• Keempat, pelarungan penyakit di sungai dengan membuat gaut (jimat) yang sengaja dibuang ke sungai agar roh jahat yang telah dikuasai ikut hanyut bersama aliran sungai.

Uniknya saat ini rokok menjadi salah satu perangkat upacara bagi kerei agar membujuk roh yang telah pergi agar kembali lagi. Jadi ketika menteri sosial membagi bagikan rokok kepada salah satu suku terasing memang telah menjadi budaya penghormatan. Entah sejak kapan rokok menjadi alat ritual. Yang pasti penjualan rokok dipedalaman akan semakin terdongkrak .

Regenerasi kerei di suku mentawai terus berlanjut. Ini dikarenakan status sosial dan fasilitas yang didapatkan selain permintaan dari keluarga besar hingga kelompok mereka. Banyak kaum muda suku mentawai mulai mempertanyakan status dan fungsi kerei yang dinilai terlalu dominan. Untuk menjadi seorang kerei dibutuhkan waktu hingga 6 bulan. Dibawah pelatihan para kerei senior, calon kerei mendapatkan ilmu pengobatan, mantra hingga kemampuan supranatural yang khusus diwariskan. Setelah dinyatakan lulus maka diadakan upacara ‘wisuda’ dengan menyembelih 3-5 ekor babi dan dilakukan punen untuk menyambut seorang kerei baru.

Namun begitu masih banyak masyarakat suku mentawai setuju kerei terus dipertahankan. Terutama bagi kaum tua yang melihat kerei menjadi penjaga kedamaian kampung.

Kerei ampuh versi Kerei ‘Palsu’

Wilayah kepulauan Mentawai memang masih terisolir, walaupun saat ini sudah banyak jalan yang dibuka dan dermaga yang dibangun. Fasilitas kesehatan di kepualuan mentawai memang masih terbatas. Lagi pula masyarakat suku mentawai masih sangat percaya dengan keampuhan kerei.

Ramuan turun temurun terbukti telah menyembuhkan dan menyelamatkan ratusan orang . Kerei masih diandalkan dalam pengobatan tradisionil. Namun saat ini budaya pengangkatan kerei berlangsung tidak seperti zaman nenek moyang suku mentawai. Pergeseran pemilihan seseorang menjadi seorang kerei menjadi pintu masuk adanya kerei palsu yang hanya ingin mengeruk keuntungan materi semata.

Seorang kerei yang ampuh bahkan mampu menjarangkan kehamilan dan mengobati mandul yang diderita suku mentawai. Kehandalan kerei dalam mengobati penyakit saat ini memang telah mengalami pergeseran.

Ritual pengobatan , punen saat ini telah jauh lebih ringkas. Mengingat banyaknya pekerjaan lain yang harus dikerjakan. Walau tetap saja kepercaaan terhadap kekuatan gaib dan keberadaan roh masih kuat tertancap dikeyakinan masyarakat suku mentawai.

Tato tubuh yang dulu menjadi hal wajib dan membanggakan , kini memang mulai ditinggalkan. Tato yang dirajah di bagian tubuh memang berkurang. Hanya bagian bagian tertentu. Tapi uniknya banyak orang dari luar suku mentawai malah sangat menyukai tato dari suku ini. Dan orang luar suku mentawai juga mulai ikut ikutan memakan masepsep primata khas mentawai. Dengan masuknya senapan angin perburuan primata khas mentawai menjadi tak terkendali.

Destinasi wisata Dunia

Dengan segala keunikan budaya dan keelokan alamnya, kepulauan mentawai telah menjadi salah satu Pesona Indonesia dalam wisata budaya . Pulau eksotis ini menjadi  bidikan wisata dunia. Terutama para penggila diving dan olah raga selancar. Ombak yang besar dengan gulungan yang menantang membuat banyak wisatawan asing datang berkunjung.

Keaslian budaya yang penuh klenik dan mistis membuat banyak peneliti dunia berdatangan termasuk peneliti primata. Budaya kepulauan mentawai adalah ragam pesona indonesia. Dimana di tengah lautan luas terdapat kepulauan yang memiliki suku terasing dengan kehidupan yang unik.

Penemuan suku mentawai memang menjadikan kepulauan mentawai sering dikunjungi orang luar. Tak hanya itu banyak pendatang yang mencoba peruntungan ekonomi. Pengaruhnya juga dirasakan suku mentawai. Pergeseran nilai budaya memang dirasakan namun banyak budaya yang tetap dipegang teguh suku ditengah lautan ini.

Memang menjadi tantangan tersendiri, membuka kepulauan mentawai menjadi destinasi terbuka dengan fasilitas modern akan membuat budaya asli terpapar perubahan . Apalagi kemajuan teknologi terus memikat para kaum muda suku mentawai untuk menikmati.

Tak ayal terjadi pergeseran budaya. Kini banyak anak muda suku mentawai yang sudah bersekolah di luar pulau menyeberang hingga kota Padang. Mendapatkan pendidikan yang layak tentu sebuah harapan yang baik bagi suku mentawai, perubahan tatacara hidup dan mulai masuknya agama Kristen dan agama Islam di antara masyarakat suku Mentawai juga merubah pola kepercayaan nenek moyang .Walau hingga saat ini sebagian kepercayaan terhadap roh masih kuat melekat.

Pengaruh Globalisasi Pada Budaya Mentawai

Kepulauan Mentawai memang terdiri dari gugusan pulau pulau, penghuninya mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda beda. Setiap pulau punya perkembangan yang berbeda beda. Walau secara alam ,flora dan fauna sama. Pulau Sipora adalah pulau yang paling cepat berubah. Di pulau ini sudah tak ditemukan uma , rumah asli suku mentawai . Rumah rumah dipulau Sipora sudah terpengaruh perubahan zaman. Beberapa alat elektronik juga telah dmiliki sebagian penduduk pulau Sipora.

Secara ekonomi, kepulauan Mentawai mulai terdongkrak ketika booming gaharu dan cengkeh. Saat kedua komoditi itu melambung. Sebagain besar orang mentawai memiliki uang yang cukup besar. Di mulailah perburuan barang barang ‘aneh’ yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Rumah kayu berubah menjadi rumah batu. Semen didatangkan dari kota Padang, karang karang di laut dijadikan batu penguat bangunan. Era rumah batu / permanen membuat rumah asli suku Mentawai tergusur di pulau Sipora.

Di pulau Sipora sulit ditemui orang menggunakan cawat dari kulit kayu. Rata rata sudah mengenakan celana dan baju yang lebih modern. Di ibukota kecamatan sudah banyak dijual pakaian dan celana asal kiriman dari Padang. Celana jins sudah menjadi celana yang biasa dipakai.

Pergeseran juga terjadi pada peran kerei , dimana ritual tarian maturuk yang menghabiskan waktu berhari hari kini telah digantikan dengan cara pengobatan yang jauh lebih ringkas. Kerei di pulau Sipora tak lagi bertelanjang dan menggunakan genta.
Sekolah sekolah juga sudah dibangun di seluruh wilayah kepulauan mentawai. Hanya saja pandangan suku mentawai terhadap pendidikan masih rendah. Anak anak yang bersekolah juga karena desakan dari kepala desa. Bahkan polisi juga ikut memaksa para orang tua untuk mengirimkan anak anak mereka ke sekolah dari kebun kebun mereka. Suatu pandangan yang unik bila dibanding wilayah lain di Indonesia.

Pulau Siberut bagian selatan yang masih menyisakan budaya asli suku mentawai. Didaerah pedalaman pulau Siberut masih ditemui uma walau tidak sepanjang zaman dahulu. Siberut memang menjadi wilayah kunjungan wisata budaya.

Sementara di pulau Pagai selatan nasibnya jauh lebih baik karena dijadikan Taman laut yang dilindungi. Empat jenis primata endemik juga masih banyak terdapat dipulau ini. Terutama pulau Sinaka. Ada kesepakatan diantara penduduk untuk tidak memburu sikabuat di wilayah ini. Alhasil bila ingin melihat empat jenis primata endemik datanglah di kawasan sinaka, pada pagi hari salah satu jenis primata, bilou akan bernyanyi khas. Siamang kerdil berbulu hitam pekat ini penyanyi alam yang sangat handal. Penulis teringat ketika tinggal di pesisir barat Lampung, suara siamang terdengar hingga ratusan meter. Biluo bernyanyi dalam beberapa variasi lagu. Setiap nada tentu punya maksud berbeda beda. Inilah salah satu khas kepulauan Mentawai.

Bila anda tertarik, anda bisa datang ke Mentawai melalu jalur laut dari pelabuhan Padang. Sudah tersedia kapal yang melayani transportasi antar dermaga di kepulauan Mentawai. Malah tersedia kapal cepat yang memangkas perjalanan menjadi lebih cepat.
Untuk akomodasi, sudah tersedia beberapa penginapan dan hotel . Di beberapa desa juga ada tempat yang bisa disewa sebagai penginapan.***

 

 

 

Source ; Kompasiana

Follow WhatsApp Channel www.liputankepri.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Buka Diklat Calon Paskibraka Meranti, Wabup Muzamil : Menjadi Paskibraka adalah Kebanggaan
Respons Cepat Bhabinkamtibmas Terjun Langsung Bantu Warga Terdampak Banjir
Tim Gabungan Lakukan Pendinginan Karhutla Di Desa Tanjung Peranap
Kapolri Sambang Petang Bersama Ustaz Abdul Somad, Komitmen Jaga Kamtibmas
Wakil Bupati Kepulauan Meranti Ikut Olahraga Bersama Forkopimda di Mako Polres Kepulauan Meranti
Dukung Program Pemerintah, Koperasi Merah Putih Desa Centai Akan Adakan Pelatihan UMKM Gratis Pada Masyarakat
Bupati Asmar Ikuti Pembukaan Jambore Karhutla 2025
Dukung Prestasi Atlet Pencak Silat Bangka Barat, PT Timah Berikan Tempat Latihan

Berita Terkait

Kamis, 31 Juli 2025 - 16:36 WIB

Buka Diklat Calon Paskibraka Meranti, Wabup Muzamil : Menjadi Paskibraka adalah Kebanggaan

Kamis, 31 Juli 2025 - 09:42 WIB

Respons Cepat Bhabinkamtibmas Terjun Langsung Bantu Warga Terdampak Banjir

Senin, 21 Juli 2025 - 11:54 WIB

Tim Gabungan Lakukan Pendinginan Karhutla Di Desa Tanjung Peranap

Minggu, 13 Juli 2025 - 10:29 WIB

Kapolri Sambang Petang Bersama Ustaz Abdul Somad, Komitmen Jaga Kamtibmas

Kamis, 26 Juni 2025 - 11:26 WIB

Wakil Bupati Kepulauan Meranti Ikut Olahraga Bersama Forkopimda di Mako Polres Kepulauan Meranti

Berita Terbaru

Bengkalis

Polres Bengkalis Berhasil Ungkap Kasus TPPO di Pelabuhan Roro

Kamis, 14 Agu 2025 - 21:00 WIB