Karimun – Kabupaten Karimun bukan daerah perbatasan yang biasa. Ada potensi besar di daerah yang masuk jalur perdagangan bebas ini.
Contohnya ada di pelabuhan yang dikelola oleh BUMD Pemda Karimun ini. Aktivitasnya sangat tinggi dari dua dermaga yang ada, untuk kapal roro, perbulan bisa mencapai satu juta penumpang.
“Aktivitas cukup tinggi. Untuk kargo, yang jelas (melayani dari dan menuju) Kepri, pesisir Sumatera, dari Jakarta juga. Ada juga yang tidak rutin, kaya penyeberangan luar negeri,” ucap Direktur Utama PT Karya Karimun Mandiri, M Syahrizal, selaku pengelola Pelabuhan Roro dan Kargo Parit Rampak.
“Armada kapasitas truk dan roda empat maupun pribadi mencapai 700 sampai 800 unit,” imbuh dia.
Kabupaten Karimun masuk dalam Free Trade Zone (FTZ) atau jalur perdagangan bebas dan merupakan daerah teramai ketiga di Kepulauan Riau setelah Batam dan Tanjung Pinang. Sebagai daerah transit, pembangunan dan pengembangan infrastruktur di pelabuhan dapat menunjang kawasan perdagangan bebas ini.
Untuk memperkuat ekonomi kawasan ini, Syahrizal mencontohkan program Sijori (Singapura-Johor-Riau) yang pernah berlaku di tahun 90-an. Makanya, saat ada program tol laut, ia menyambut baik program ini.
“Senang dengan adanya (program) tol laut, karena kami ini daerah kepulauan. Saya berharap dari kementerian, BP kawasan, dari Bappenas, memperhatikan ini,” ucap Syahrizal beberapa waktu lalu.
Muatan yang masuk dan keluar dari pelabuhan ini masih umum seperti bahan bangunan dan sembako karena, kata Syahrizal, di Karimun masih sedikit industri. Namun, ia mengatakan pihaknya sedang mengembangkan fasilitas yang ada di pelabuhan ini agar lebih maju.
“Perputaran uang ratusan juta, hampir Rp 1 miliaran kalau per bulan. Kita punya gudang ada 4 unit, 2 tertutup, 2 terbuka. Ada rencana penambahan pergudangan. Pelabuhan ini masih cukup luas untuk adanya terminal petikemas (TPS) dan kita punya 6 hektare ini untuk (pembangunan) TPS,” ujarnya.
Terkait pengembangan pelabuhan ini, Syahrizal mengatakan akan terus melanjutkan kemitraan dengan PLN sebagai tambahan sumber energi listrik. Ia juga mengatakan akan memaksimalkan fasilitas listrik ini khususnya untuk aktivitas pelabuhan di malam hari.
“PLN di penanganan operasional pelabuhan. Untuk pengembangan TPS, kita bisa bermitra lagi. Dulu pernah pakai genset, tapi lebih repot. PLN sudah menyelesaikan masalah kita. Ada juga pengecekan tiap bulan (terkait masalah kelistrikan ke pelabuhan),” ucap Syahrizal.*
(msl)