“Kehadiran cewek Cungkok yang memberikan keuntungan menggiurkan memunculkan ide baru dalam bisnis esek- esek.
Liputankepri.com,Batam-Kehadiran para Cungkok tidak lepas dari para agen yang punya jaringan di sejumlah negara lain seperti Malaysia, RRC, Singapura, dan Eropa. Sindikat ini memanfaatkan celah, semua dokumen visa misalnya diatur menggunakan kode 451, sebagai penyanyi atau musisi untuk memudahkan lolos masuk ke Indonesia khususnya Batam.
Setelah masuk, profesi dialihkan menjadi pelacur terselubung dengan menyamar sebagai karyawati panti pijat plus.
Keuntungan yang dihasilkan dari bisnis pelacur impor ini sangat menggiurkan. Secara hitungan sederhana saja seorang Cungkok dengan tarif sekali kencan Rp 1, 5 juta dan jika dapat tiga tamu, berarti meraup uang Rp 4,5. Hanya saja, mereka hanya dapat bagian 30 persen. Sisanya dibagi antara sang agen dan pengusaha hiburan malam. “Bayangkan jika pengusaha hiburan punya 20 cungkok, berapa mereka meraup keuntungan. Sudah pasti belasan hingga puluhan juta rupiah,” ujar Fuk mantan papi ini.
“Sudah bukan rahasia, terutama bagi aparat terkait, kehadiran pelacur asing ini dikendalikan jaringan profesional antarnegara. Namun sepertinya ada tembok yang sulit ditembus untuk mengungkap sindikat tersebut,” ucap Fux.
Sumber lain menyebutkan, bentuk fisik dan pelayanan wanita Cungkok dianggap lebih menarik. Kulit mereka yang putih, mulus dan bersih tanpa bercak, menjadi daya tarik tersendiri, ditambah suara dan teriakan yang mereka keluarkan saat bercinta, diakui memberi sensasi tersendiri bagi user.
Cungkok juga dianggap lebih menguasai teknik bermain seks sehingga lebih mampu memuaskan laki-laki yang menggunakan jasa mereka. “Boleh jadi mereka memahami dan mempraktekkan seni seks ala Tao,”ujar pria ini.
Pada umumnya cewek Cungkok yang berkedok sebagai lady escord di karaoke maupun singing hall, lebih banyak beroperasi pada sore hingga tengah malam. Pada siang harinya, mereka berada di tempat penampungan, seperti ruko, rumah kontrakan, apartemen, dan di kamar hotel.
Banyaknya pelacur asing yang mencari nafkah, dengan berkedok visa kunjungan wisata, menandakan tidak seriusnya aparat terkait mengambil tindakan tegas terhadap pengusaha hiburan yang melanggar.**