
Pulau Buru – Keberadaan listrik juga sangat menunjang beberapa lokasi pariwisata yang ada di Pulau Buru. Pariwisata itu mulai dari sejarah, religi, pemandian air hangat. Bahkan, perekonomian warga yang mayoritas nelayan sangat terbantu.
“Tetapi kita juga meminta infrastruktur lainnya, karena kalau orang sana (Singapura dan Malaysia) datang ke Karimun bilangnya ke Indonesia, sehingga kami menjadi wajah Indonesia,” jelas dia.
Dari sisi pendidikan, Suherman seorang guru SDN 009 Buru mengungkapkan bahwa sistem kelistrikan yang sudah beroperasi selama 24 jam membuat proses belajar mengajar semakin lancar. Khususnya bagi pelajaran yang membutuhkan visualisasi dari mesin elektronik.
Tidak hanya itu, proses administrasi sekolah pun sudah bisa dilakukan secara online.

“Dengan adanya PLN kita mampu memperlancar operasi, sebelumnya kita sulit, harus cari sumber listrik, itu ada genset, tapi kalau genset asik bekerja lalu bensin habis sehingga datanya hilang,” kata Suherman.
“Pelajar siswa juga terdampak, karena ada pelajaran yang disampaikan dengan visual, dengan infocus, sehingga dengan melihat langsung daya tangkapnya cepat dibandingkan mendengarkan suara. Anak-anak mudah mengerti. Banyak nilai positifnya untuk anak-anak,” tambahnya.
Sementara dari sisi usaha, masyarakat Pulau Buru pun terbantu. Seperti Suryati, wanita berusia 43 tahun ini kini berhasil menyekolahkan dua anak perempuannya hingga bangku strata 1 (S1) di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di Kota Tanjung Pinang, Kepri.
Suryati berhasil memanfaatkan listrik PLN untuk menambah pundi-pundi keuntungannya dari berjualan kerupuk khas TBK, yaitu kerupuk udang dan ikan.
“Kalau dulu kalau api (listrik) nyala mana cukup, kalau sekarang 24 jam dapat pengaruh besar karena bisa kerjakan kapan saja. Kalau dulu (kerupuk) kerasnya nunggu dua hari karena lampu nyalanya terbatas,” jelas dia.
Dia menceritakan, pasokan listrik PLN yang sudah melayani selama 24 jam nonstop memberikan dampak besar terhadap bisnisnya. Dia mengaku mampu mengumpulkan keuntungan sebesar Rp 2 juta setiap bulannya hanya dari usaha kerupuknya. Perlu diketahui, dirinya juga memiliki usaha lain seperti warung jajanan.
Kerupuk hasil produksinya kini dijual ke beberapa wilayah di Kepri seperti TBK, Pulau Buru, Tanjung Batu, dan sesekali mendapat pesanan dari Singapura. Kini warga Pulau Buru tidak lagi murung dalam kegelapan.
Sebelumnya, masyarakat Pulau Buru hanya beroperasi selama 14 jam, mulai dari pukul 17.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB sejak tahun 1990-an. Begitu masuk tahun 2015 awal, sistem kelistrikan diubah dan bertambah daya menjadi 18 jam.
“Sekarang listrik sudah 24 jam, semua pulau harus terang,” ujar Helmi Camat Buru.***
